Makalah Mekanika Bahan Komposit
Disusun Oleh:
Nama : Imam Rohayat
Nim :
1311078
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S-1
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
TAHUN 2014
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Manusia sejak
dari dulu telah berusaha untuk menciptakan berbagai produk yang terdiri dari
gabungan lebih dari satu bahan untuk menghasilkan suatu bahan yang lebih kuat,
contohnya penggunaan jerami pendek untuk menguatkan batu bata di Mesir, panah
orang Mongolia yang menggabungkan kayu, otot binatang, sutera, dan pedang
samurai Jepang yang terdiri dari banyak lapisan oksida besi yang berat dan
liat. Seiring dengan kemajuan zaman, untuk mengoptimalkan nilai efisiensi
terhadap suatu produk maka dimulailah suatu pengembangan terhadap material, dan
para ahli mulai menyadari bahwa material tunggal (homogen) memiliki
keterbatasan baik dari sisi mengadopsi desain yang dibuat maupun kondisi pasar.
Kebanyakan teknologi modern memerlukan bahan dengan kombinasi sifat-sifat yang
luar biasa yang tidak boleh dicapai oleh bahan-bahan lazim seperti logam besi,
keramik, dan bahan polimer. Kenyataan ini adalah benar bagi bahan yang
diperlukan untuk penggunaan dalam bidang angkasa lepas, perumahan, perkapalan,
kendaraan dan industri pengangkutan. Karena bidang-bidang tersebut membutuhkan
density yang rendah, flexural, dan tensile yang tinggi, viskosity yang baik dan
hentaman yang baik.
Dalam
prakteknya komposit terdiri dari suatu bahan utama (matrik-matrix) dan suatu
jenis penguatan (reinforcement) yang ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan
dan kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya dalam bentuk serat (fiber).
Komposit merupakan teknologi rekayasa material yang banyak dikembangkan dewasa
ini karena material komposit mampu mengabungkan beberapa sifat material yang
berbeda karakteristiknya menjadi sifat yang baru dan sesuai dengan desain yang
direncanakan.
Kemajuan kini
telah mendorong peningkatan dalam permintaan terhadap bahan komposit. Perkembangan
bidang sciences dan teknologi mulai menyulitkan bahan konvensional seperti
logam untuk memenuhi keperluan aplikasi baru. Bidang angkasa lepas, perkapalan,
automobile dan industri pengangkutan merupakan contoh aplikasi yang memerlukan
bahan-bahan yang berdensity rendah, tahan karat, kuat, kokoh dan tegar. Dalam
kebanyakan bahan konvensional seperti keluli,walaupun kuat ianya mempunyai
density yang tinggi dan rapuh.
2.
Kelebihan Bahan
Komposit
Bahan komposit
mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan bahan konvensional seperti
logam. Kelebihan tersebut pada umumnya dapat dilihat dari beberapa sudut yang
penting seperti sifat-sifat mekanikal dan fisikal, keupayaan (reliability),
keboleh prosesan dan biaya.
Seperti yang diuraikan dibawah ini :
a) Sifat-sifat mekanikal dan fisikal
Pada umumnya pemilihan bahan matriks
dan serat memainkan peranan penting dalam menentukan sifat-sifat mekanik dan
sifat komposit. Gabungan matriks dan serta dapat menghasilkan komposit yang
mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih tinggi dari bahan konvensional
seperti keluli.
1. Bahan komposit mempunyai density
yang jauh lebih rendah berbanding dengan bahan konvensional. Ini memberikan
implikasi yang penting dalam konteks penggunaan karena komposit akan mempunyai
kekuatan dan kekakuan spesifik yang lebih tinggi dari bahan konvensional.
Implikasi kedua ialah produk komposit yang dihasilkan akan mempunyai kerut yang
lebih rendah dari logam. Pengurangan berat adalah satu aspek yang penting dalam
industri pembuatan seperti automobile dan angkasa lepas. Ini karena berhubungan
dengan penghematan bahan bakar.
2. Dalam industri angkasa lepas
terdapat kecendrungan untuk menggantikan komponen yang diperbuat dari logam
dengan komposit karena telah terbukti komposit mempunyai rintangan terhadap
fatigue yang baik terutamanya komposit yang menggunakan serat karbon.
3. Kelemahan logam yang agak terlihat
jelas ialah rintangan terhadap kakisa yang lemah terutama produk yang kebutuhan
sehari-hari. Kecendrungan komponen logam untuk mengalami kakisan menyebabkan
biaya pembuatan yang tinggi. Bahan komposit sebaiknya mempunyai rintangan
terhadap kakisan yang baik.
4. Bahan komposit juga mempunyai
kelebihan dari segi versatility (berdaya guna) yaitu produk yang mempunyai
gabungan sifat-sifat yang menarik yang dapat dihasilkan dengan mengubah sesuai
jenis matriks dan serat yang digunakan. Contoh dengan menggabungkan lebih dari
satu serat dengan matriks untuk menghasilkan komposit hibrid.
5. Massa jenis rendah (ringan)
6. Lebih kuat dan lebih ringan
7. Perbandingan kekuatan dan berat yang
menguntungkan
8. Lebih kuat (stiff), ulet (tough) dan
tidak getas.
9. Koefisien pemuaian yang rendah
10. Tahan terhadap cuaca
11. Tahan terhadap korosi
12. Mudah diproses (dibentuk)
13. Lebih mudah disbanding metal
b) Biaya
Faktor biaya juga memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu perkembangan industri komposit. Biaya yang berkaitan erat dengan penghasilan suatu produk yang seharusnya memperhitungkan beberapa aspek seperti biaya bahan mentah, pemrosesan, tenaga manusia, dan sebagainya.
Faktor biaya juga memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu perkembangan industri komposit. Biaya yang berkaitan erat dengan penghasilan suatu produk yang seharusnya memperhitungkan beberapa aspek seperti biaya bahan mentah, pemrosesan, tenaga manusia, dan sebagainya.
3.
Kekurangan
Bahan Komposit
Ada beberapa
kekurangan yang dimiliki oleh material komposit ini, antara lain:
a. Tidak tahan terhadap beban shock
(kejut) dan crash (tabrak) dibandingkan dengan metal.
b. Kurang elastis
c. Lebih sulit dibentuk secara plastis
TINJAUAN PUSTAKA
I. KAJI PENGEMBANGAN
SERAT DAUN PANDAN DI KABUPATEN MAGELANG SEBAGAI
BAHAN KOMPOSIT INTERIOR MOBIL
Melihat
perkembangan industri otomotif yang semakin pesat, meningkatkan kebutuhan akan
interior mobil yang semakin baik dari segi fisik maupun sifat mekaniknya. Salah
satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu dengan menggunakan komposi
serat alam. Penggunaan serat alam sebagai bahan komposit yang aplikasinya
sebagai interior mobil didasarkan karena beberapa kelebihan yang dimiliki,
diantaranya yaitu memiliki sifat mekanik yang tinggi, dan biaya pembuatan yang
relatif murah. Komponen yang dibuat dari komposit harganya dapat turun hingga
50% jika dibandingkan dengan produk bahan logam.
Komposit
berbahan baku serat alam terus diteliti dan dikembangkan karena sifat dari
serat yang kuat dan ringan. Pengembangan tanaman yang menghasilkan serat alam
sebagai bahan pembuat komposit sesuai dengan anjuran FAO kepada dunia industri
dengan adanya deklarasi pada International Year of Natural Fibres 2009
(IYNF 2009) yang menganjurkan agar mulai tahun 2009 sudah menggunakan bahan
baku yang ramah lingkungan dan mudah terdegradasi. Maka sudah sewajarnya bila
kita dapat memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten
Magelang, dan memanfaatkannya untuk kemajuan Kabupaten Magelang dan sekitarnya.
Kajian
ini akan membahas pengembangan serat daun pandan di Kabupaten Magelang sebagai
material penyusun komposit. Tujuan kajian ini yaitu mengetahui prospek
pemanfaatan komposit serat daun pandan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan
interior mobil.
1. Potensi Bahan Baku
Tanaman
penghasil serat dikenal dengan istilah bast plant, seperti rami, kenaf,
flax, rosella, dan jute. Serat alam juga dapat diperoleh dari serat buah, seperti
buah kelapa, buah kelapa sawit, dan kapas. Selain itu, serat alam bisa didapat
dari serat daun, seperti pandan, nanas, dan sisal.
Keunggulan
utama penggunaan serat alam dibandingkan dengan serat sintetis yaitu serat alam
dapat terurai oleh kondisi lingkungan (biodegradable). Keunggulan
tersebut yang mendorong peneliti untuk senantiasa meneliti dan mengembangkan
pemanfaatan serat alam di berbagai sektor aplikasi. Berdasarkan sifat
mekaniknya, perbandingan serat alam dan serat sintetis dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel
1. Sifat mekanik serat alam sebagai pembanding terhadap fiber konvensional
Serat
yang dapat dikembangkan di Kabupaten Magelang yaitu serat pandan duri. Pandan
duri (pandanus tectorius) merupakan salah satu jenis pandan yang hidup
tersebar luas di daerah terbuka dataran rendah. Pandan ini banyak digunakan
untuk bahan baku kerajinan karena panjang daunnya mencapai 25 cm dan lebar 9
cm. Penggunaan daun pandan selama ini hanya sebagai bahan pembuat tikar,
lontrong ataupun complong, sehingga nilai guna dari daun pandan masih rendah.
Gambar 1. Pohon pandan
Serat
daun pandan didapat dengan cara membusukkan daun pandan sehingga serat dapat
dengan mudah dipisahkan dengan bagian daun yang lain. Serat daun pandan yang
digunakan pada penelitian berfungsi sebagai bahan penguat pada pembuatan
komposit. Massa jenis serat daun pandan yaitu 0,96 gr/cm3.
2. Urgensi Pemanfaatan Komposit Serat Alam
Pemanfaatan
serat alam di Kabupaten Magelang masih sebatas bahan pembuat tikar, lontrong
ataupun complong. Bahan baku berupa daun pandan banyak dihasilkan di kawasan
Pegunungan Menoreh, dekat Candi Borobudur, seperti Desa Sambeng, Bigaran, dan
Kenalan. Potensi yang masih sangat perlu untuk dikembangkan lebih lanjut,
dimana dengan menjadikan serat daun pandan sebagai bahan komposit untuk
interior mobil akan meningkatkan nilai fungsinya.
Penggunaan
komposit berbahan serat alam di bidang industri otomotif mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Pesatnya perkembangan komposit serat alam mengakibatkan
tergesernya keberadaan bahan sintetis yang biasa digunakan sebagai penguat
komposit, seperti serat gelas, karbon, kevlar, silikon karbida, aluminium
oksida, dan boron. Sebagai contoh, PT. Toyota di Jepang memanfaatkan serat
kenaf sebagai penguat bahan komposit untuk interior mobil, dan produsen mobil
Daimler-Bens memanfaatkan komposit serat abaca sebagai penguat bahan untuk pembuatan
dashboard.
Meninjau
potensi yang dimiliki Kabupaten Magelang terutama ketersediaan serat daun
pandan, menunjukkan tingginya prospek untuk pemanfaatan serat daun pandan
sebagai komponen komposit. Pemanfaatan serat daun pandan akan meningkatkan nilai
fungsi dari serat dan penggunaan bahan serat alam lebih disukai karena
disamping biayanya relatif lebih murah juga bersifat ramah lingkungan.
3. Komposit
Komposit
adalah material yang didapatkan dengan menggabungkan dua atau lebih bahan yang
berbeda untuk memperoleh sifat yang lebih baik yang tidak dapat diperoleh dari
masing-masing bahan. Sifat material dari komposit diharapkan akan saling
memperbaiki kekurangan material penyusunnya. Beberapa sifat yang dapat
diperbaiki yaitu kekuatan, kekakuan, ketahanan bending dan massa jenis.
Gambar
2. Klasifikasi komposit berdasarkan strukturnya
Komposit
terdiri atas matriks dan pengisi sebagai fasa terdispersi. Pada penggabungan
serat dan matriks, serat akan berfungsi sebagai penguat yang memiliki kekuatan
lebih tinggi, sedangkan matriks berfungsi sebagai perekat dan penerus gaya
geser yang diberikan pada komposit. Kelebihan komposit dibandingkan dengan
material lain yaitu rasio antara kekuatan dan densitasnya cukup tinggi, proses
pembuatan yang relatif mudah, dan tahan terhadap kondisi lingkungan.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi kekuatan komposit yaitu jenis, geometri, arah, dan
distribusi serat. Panjang serat sebagai penguat komposit sekurang-kurangnya 100
kali diameter atau lebarnya, supaya didapat penguatan yang optimal.
4. Metode Pembuatan Komposit
Pembuatan komposit secara umum memerlukan beberapa tahapan
proses, yaitu sebagai berikut:
a. Persiapan serat
Sebelum
proses pencetakan, serat diberi perlakuan awal berupa perlakuan alkali. Tujuan
perlakuan alkali yaitu menghilangkan zat-zat hemi selulosa, lignin dan waxes.
Zat-zat tersebut perlu dihilangkan dari permukaan serat karena dapat mengurangi
kekuatan serat daun pandan dan mengurangi daya ikat serat dengan matriks.
b. Pencetakan komposit
Pencetakan
komposit dapat dilakukan menggunakan beberapa metode. Pemilihan metode
pencetakan komposit didasarkan dengan kebutuhan. Metode yang dapat digunakan
yaitu:
1) Autoclave
2) Compression Molding
3) Pultrusion
4) Reinforced Reaction Injection Molding (RRIM)
5) Thermoplastic Molding
6) Resin Transfer Molding (RTM)
7) Structural Reaction Injection Molding (SRIM)
c. Post-Curing
Proses
post-curing dilakukan terhadap spesimen uji dengan menggunakan furnace.
Post-curing dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan interface komposit.
5. Karakteristik Komposit
Pengujian
karakteristik komposit ditujukan untuk mengetahui keberhasilan komposit yang
dihasilkan. Karakteristik komposit yang perlu diketahui melalui pengujian
yaitu:
a. Kekuatan Bending
Kekuatan
bending merupakan tegangan bending terbesar yang dapat diterima komposit akibat
pembebanan luar tanpa mengalami kegagalan. Pengujian bending dilakukan untuk
mengetahui kekuatan bending komposit yang telah dibuat.
b. Kekuatan Impak
Pengujian
impak digunakan untuk mengetahui ketangguhan komposit, dengan cara mengukur
ketahanan komposit terhadap beban kejut. Hasil pengujian impak menunjukkan
besarnya energi yang mampu diserap oleh komposit, yang merupakan ukuran
ketangguhan impak komposit.
c. Scanning Electron Microscope
Pengamatan
dengan SEM dilakukan untuk mengetahui mikrostruktur penampang patahan spesimen
uji. Sehingga dengan uji SEM bisa diketahui mekanisme kegagalan dari komposit
dan juga dapat mengetahui adhesi antara matriks dan serat.
6. Pengolahan dan Metode Analisis Data
Kekuatan
bending suatu material dapat diketahui dengan melakukan pengujian bending.
Kekuatan bending komposit yang diuji menggunakan three point bending dapat
dirumuskan (ASTM D-790):
dengan catatan: F = beban (N), L = panjang
span (mm), b = lebar (mm), dan d = tebal (mm).
Pengujian
impak dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode impak charpy dan
impak izot. Pembebanan untuk pengujian komposit sebaiknya menggunakan
beban yang kecil karena kekuatan impak komposit relatif lebih rendah dibanding
logam. Untuk mengetahui energi yang terserap pada pengujian impak charpy yaitu:
dengan catatan: Eserap = energi yang diserap (J), W
= berat pendulum (N), R = panjang lengan pendulum (m), β = sudut
pantul pendulum, dan α = sudut ayun pendulum.
Sedangkan ketangguhan impak dapat dihitung menggunakan
persamaan:
Dengan
catatan: A = luas penampang (mm2).
Analisa
menggunakan uji SEM dimaksudkan untuk melihat permukaan patah komposit setelah
uji bending dan impak. Karakteristik permukaan hasil patahan digunakan untuk
analisa dan berguna untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi terjadinya
patahan pada komposit.
7. Kajian Pustaka Pemanfaatan Serat Alam
Komposit
serat alam adalah salah satu material yang memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan. Penelitian tentang komposit alam telah banyak dilakukan pada saat
ini. Menurut Mokhtar dkk (2007), penelitian komposit alam yang dilakukan oleh
peneliti pada satu dekade terakhir menggunakan serat dari alam seperti serat
kenaf, serat kelapa sawit, serat sayuran, serat bambu, serat jute, serat sisal,
serat kelapa dan serat daun nanas. Pengujian yang dilakukan berupa pemanfaatan
serat alam baru atau bagaimana metode untuk meningkatkan sifat dari komposit
serat alam yang dimanfaatkan tersebut.
Mujiyono
melakukan penelitian serat daun pandan alas sebagai alternatif pengganti serat
gelas. Penelitian dilakukan pada serat daun pandan dengan variasi proses
perendaman formalin dari konsentrasi 5% sampai 37% selama 3 jam. Hasil
penelitian menunjukkan bawa serat daun pandan yang tidak direndam dalam
formalin memiliki kekuatan tarik 3 kali lebih besar dibandingkan serat gelas,
yaitu 72,44 kg/mm2 untuk serat daun pandan dan 21,65 kg/mm2 untuk serat gelas.
Kekuatan tarik kemudian turun sampai 13% dengan adanya perendaman pada
formalin. Simpulan yang didapat bahwa serat daun pandan memiliki potensi
sebagai serat alam pengganti serat gelas.
Maulida
(2006) telah melakukan penelitian dengan membuat komposit polipropilena dengan
pengisi serat daun pandan dan serat batang pisang. Polipropilena yang digunakan
sebagai matriks terlebih dahulu dilarutkan dalam xylena pada temperatur 160°C
dengan konsentrasi polipropilena terhadap xylane 10, 20 dan 30%. Hasil
penelitian menunjukkan kekuatan tarik serat daun pandan lebih baik dibandingkan
kekuatan tarik serat batang pisang dengan ketebalan yang sama. Nilai kekuatan
tarik tertinggi didapat pada konsentrasi polipropilena 30%.
Dari
beberapa penelitian mengenai serat alam, pemanfaatan serat daun pandan sebagai
penguat komposit akan menghasilkan sifat mekanik yang baik dan mampu menjadi
bahan alternatif pengganti serat gelas. Sifat mekanik yang dihasilkan juga akan
mampu memenuhi kebutuhan interior mobil.
II.
POTENSI SERAT BATANG (BAST FIBERS) SEBAGAI PENGUAT
BIOKOMPOSIT UNTUK APLIKASI OTOMOTIF
1. Landasan Teori
Biokomposit
Material
komposit dapat didefinisikan sebagai suatu sistem material yang tersusun dari
campuran/kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda
didalam bentuk dan atau komposisi serta tidak saling melarutkan (Schwartz, 1984).Biokomposit adalah
jenis komposit yang salah satu penyusunnya, yaitu reinforcement atau
matriksnya, terbuat dari bahan alam (Mohanty
dkk, 2005).
Material
komposit pada dasarnya terdiri dari dua penyusun yaitu penguat (reinforced)
dan matriks (binder). Material penguat (reinforced) komposit
dapat berupa serat atau partikel sedangkan matriksnya dapat berupa polimer,
logam dan sebagainya (Mukhammad, 2010).
Matriks
yang baik memiliki beberapa persyaratan diantaranya adalah mempunyai elongation
break lebih tinggi dibandingkan dengan serat, harus dapat mentransmisikan
beban ke serat melalui perubahan bentuk atau deformasi, dan matriks harus dapat
membungkus (encapsulate) serat tanpa terjadi shrinkage yang dapat
menyebabkan regangan internal dari serat dengan indikatornya adalah mempunyai wettability,
kompatibilitas dan bonding yang baik (Schwartz, 1984), sedangkan menurut Feldman (1989) serat yang baik adalah modulus elastisitas
tinggi, ultimate strength lebih tinggi dari matriks, masing-masing serat
mempunyai kekuatan setaraf, serat stabil dan tetap kuat selama proses
manufaktur dan ukuran serat misalnya luas dan diameter seragam.
Serat Alam
Serat
alam sebagai penguat biokomposit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu serat
alam non-kayu (non-wood natural fibre) dan serat alam kayu (wood
natural fibres. Serat alam non-kayu kemudian dibagi lagi menjadi 5 kelompok
jenis serat yaitu serat batang (rami, flax, kenaf, jute, hemp), serat biji
(serat gandum, jagung, padi), serat daun (sisal, abaca, nanas), serat buah (kapas,
coir) dan serat grass (bambu) sedangkan yang tergolong ke dalam serat
kayu adalah kayu lunak dan kayu keras (Mohanty
dkk 2002 dalam Bos, 2004).
1.
Serat Rami
Rami
termasuk dalam keluarga Urticaceae (Boehmeria) yang memiliki
kira-kira 100 jenis (Faruk dkk, 2012). Serat rami yang
diambil dari batang tanaman rami (Gambar 3a) adalah salah satu jenis serat alam
yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi biokomposit. Saat ini pohon
rami sudah berhasil dibudidayakan oleh Koperasi Pondok Pesantren Darussalam
(Kopontren Darussalam), Garut, Jawa barat seluas hampir 300 hektar (Musaddad, 2007). Pemanfaatan utama serat rami pada saat ini masih sangat terbatas
di bidang tekstil seperti kain, tas dan tikar, sedangkan pemanfaatan untuk
material stuktural belum dikembangkan. Rami termasuk tanaman penghasil serat
tertua di daerah asia timur, dan saat ini banyak dibudidayakan di negara
Indonesia,China, Jepang dan India. Rami dapat tumbuh mencapai 1,2 – 2,5 m (Arman dkk, 1978 dan www.swicofil.com
dalam faruk dkk,2012). dan dapat dipanen 6 kali per tahun. Secara teknis serat rami
tergolong panjang (1,5 m atau lebih) dengan diameter 10 – 25 μm. Bentuk serat
memiliki dinding sel yang tebal, datar dan tidak beraturan. (Angelini dkk, 2000 dalam Faruk dkk,2012)
Gambar 3a. Tanaman Rami 3b.
Tanaman Kenaf 3c. Tanaman Flax 3d. Tanaman Jute 3e. Tanaman Hemp
2. Serat Kenaf
Tanaman
kenaf (Gambar 3b) termasuk dalam genus Hibiscus dan memiliki 300
jenis spesies. Saat ini tanaman kenaf dibudidayakan di Amerika Serikat dan
memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan sebagai bahan dasar komposit (Faruk dkk,2012). Tanaman kenaf berasal dari asia dan afrika, dan dapat tumbuh
dengan cepat mencapai ketinggian (2,4-6) m dalam 5 bulan. Kenaf juga merupakan
tanaman penyerap CO2 tertinggi (1 ton tanaman kenaf menyerap 1,5 ton CO2)
sehingga memiliki potensisangat tinggi untuk mencegah pemanasan global
(www.nec.co.jp dalam Bismarck dkk,2005). Pada umumnya
batang kenaf berbentuk bulat, dan memiliki 2 jenis serat yaitu serat panjang
(terletak di lapisan cortical) dan serat pendek (didaerah lignin). Serat
tunggal kenaf tergolong pendek yaitu antara (1,5–6) mm dan berbentuk polygon (Meister
dkk, 1999 dalam Bismarck dkk, 2005).
3. Serat Flax
Tanaman
flax (Linum
usitatissimum L.) (Gambar 3c) sudah dibudidayakan kirakira 10.000 tahun dan
merupakan serat tertua dalam sejarah manusia (Dambroth
dan Seehuber, 1988; Wurster dan Daul 1988 dalam Bismarck dkk, 2005). Tekstil flax
berkembang di
daerah eropa, argentina, india, china dan Negara-negara pecahan Unisoviet (Lloyd, 2003 dalam Bismarck 2005). Tanaman flax termasuk tanaman dikotil
dan dapat tumbuh mencapai ketinggian (80-150) cm dalam (80-110) hari. Panjang
serat flax antara (60–140) cm dan memiliki diameter antara (40-80) μm. Warna
dari serat flax bervariasi dari pirang cerah sampai abu-abu. Karaketristik
serat ini memiliki kekuatan yang tinggi tetapi juga flexible. (Bismarck dkk,2005).
4. Serat
Jute
Tanaman
Jute (Gambar 3d) termasuk dalam genus Corchorus dengan jumlah jenis
mencapai 100 spesies. Jute saat ini merupakan serat alam termurah dengan
kapasitas produksi tertinggi dibandingkan serat batang lainnya (Faruk dkk, 2012). Tanaman jute berasal dari daerah mediterania dan telah
digunakan manusia sejak masa prasejarahTanaman ini mampu tumbuh mencapai
ketinggian (2 sampai 3,5) meter, dengan diameter batang (2-3) cm. Tanaman ini
dapat bertahan di daerah dengan iklim panas sampai lembab. Saat ini kebanyakan
jute berasal dari daerah delta sungai Gangga dan Brahmaputra India dan
Bangladesh. Corchorus
capsularis,
dikenal sebagai jute putih andCorchorus olitorius dikenal sebagai
jute gelap. Selain India, China, Thailand, Brazil merupakan negara penghasil
jute dunia (Bismarck dkk, 2005)
Serat
tunggal jute memiliki bentuk penampang polygon dan bervariasi
dalam ukuran. Dinding sel serat jute memiliki ketebalan dan kekuatan yang
sangat bervariasi. Serat jute dapat mencapai panjang 1,5 sampai 3 meter, dan
kuat tetapi getas dengan elongation yang rendah yaitu sekitar 1,7% (Rowell dan Stout, 1998 dalam Bismarck dkk, 2005).
5. Serat Hemp
Tanaman
hemp (Gambar 3e) termasuk dalam keluarga cannabis dan tergolong dalam
tanaman satu tahunan (Faruk dkk, 2012). Hemp merupakan
tanaman asli Asia Tengah dan telah dibudidayakan lebih dari 12.000 tahun (Katalyse-Institut für angewandte Umweltforschung, 1995 dalam Bismarck dkk,
2005).
Tanaman hemp termasuk tanaman yang menguntungkan bagi petani karena tanaman ini
hanya memerlukan sedikit pupuk dan pembasmi hama. Tanaman ini memiliki laju
pertumbuhan yang sangat cepat dan dapat tumbuh sampai ketinggian dari (1,2–5) m
tergantung varietasnya (Lloyd, 2003 dalam Bismarck
2005).
Serat
tunggal hemp bisa mencapai panjang berkisar antara (13–25) mm. Serat hemp
memiliki dinding yang tebal dan bentuk penampang polygon. Serat tunggal
hemp memiliki kekuatan tarik yang tinggi (±20% lebih tinggi dari flax) tetapi
memiliki elongation
yang
rendah. (Katalyse-Institut für angewandte Umweltforschung,
1995 dalam Bismarck dkk, 2005).
2.
Aplikasi Biokomposit Serat
Batang dalam Bidang Otomotif
1. Interior
Mobil
Saat
ini Daimler
Chrysler merupakan
pengguna utama dari biokomposit dan berencana meningkatkan porsi material
berbasis serat alam pada produk mobilnya. Komponen-komponen interior (Gambar 2) seperti dashboards, panel pintu yang
dipasok Johnson
Controls Inc. untuk Daimler Chrysler telah menggunakan biokomposit polypropelene
yang
diperkuat serat alam (Suddell dan Evans, 2005). Produsen mobil BMW saat ini
meningkatkan penggunaan serat alam dari 8 kg menjadi lebih dari 13 kg per
mobil, sedangkan Ford meningkatkan dari 5 kg menjadi 13 kg (data berat ini termasuk
wool
dan
cotton) (Taylor, 2002 dalam Suddell dan Evans, 2005).
Tabel 2.
Produsen Otomotif, Model dan Komponen Yang Menggunakan Serat Alam
(Suddell
dan Evans, 2005)
Produsen
Otomotif
|
Model
dan komponen
|
Audi
|
A2, A3,
A4, A4 Avant, A6, A8, Roadster, Coupe: Seat backs,
side and back door panel, boot lining, hat rack,
spare tyre lining
|
BMW
|
3, 5
and 7 series and others: Door panels, headliner panel,
boot lining, seat backs
|
Daimler Chrysler
|
A, C, E
and S-series: Door panels, windshield/dashboard,
businesstable, pillar cover panel
|
Fiat
|
Punto, Brava, Marea, Alfa Romeo 146, 156
|
Ford
|
Mondeo CD 162, Focus: Door panels, B-pillar, boot
liner
|
Peugeot
|
New model 406
|
Renault
|
Clio
|
Rover
|
Rover 2000 and others: Insulation, rear storage
shelf/panel
|
Saab
|
Door panels
|
SEAT
|
Door panels, seat backs
|
Vauxhall
|
Astra,
Vectra, Zafira: Headliner panel, door panels,
pillar cover panel, instrument panel
|
Volkswagen
|
Golf
A4, Passat, Bora: Door panel, seat back,
boot lid finish panel, boot liner
|
Volvo
|
C70, V70
|
Pada
tahun 2000, Audi
meluncurkan
produk mobil kelas menengah A2 yang merupakan mobil dengan seluruh body terbuat
dari Alumunium. Tujuan utama penggunaan alumunium pada mobil A2 adalah untuk
mengurangi berat mobil, olehkarena itu panel pintu juga terbuat dari komposit polyurethane
yang
diperkuat campuran serat flax dan sisal. Panel-panel ini tidak hanya mengurangi
berat per satuan volume secara signifikan akan tetapi juga memberikan
kestabilan dimensi yang baik (Suddell dan Evans, 2005). Produsen otomotif dunia saat ini sudah mulai menggunakan
penguat serat alam untuk beberapa komponen interior produk mobil (Tabel 2).
2. Exterior
Mobil
Pada
tahun 2000an awal, Daimler Chrysler meningkatkan penelitian dan
investasi dalam pengembangan biokomposit polyester yang diperkuat
serat flax untuk aplikasi exterior atau semiexterior. Daimler Chrysler
telah
menghabiskan $1,5 milliar untuk meningkatkan ketahanan produk terhadap
lingkungan dan dari dana tersebut $870 juta untuk pengembangan proses dan
produk yang ramah lingkungan (Anonim, 2000
dalam Suddell dan Evans, 2005)
Gambar
4. Berbagai Komponen Interior Mobil Mercedes E Class Yang
Dibuat Menggunakan Serat Alam (Suddell Dan Evans, 2005)
Panel
exterior truk dengan bahan utama
biokomposit yang diperkuat flax saat ini telah diproduksi. Panel exterior
ini telah diuji oleh Daimler Chrysler
Research Centre di Ulm, Jerman dan menunjukkan ketahanan impak yang baik tanpa
mengalami pecah sampai menjadi serpihan. Hal ini merupakan pertimbangan penting
dalam pengujian tabrak. Biokomposit ini juga memiliki kestabilan dimensi dan
ketahanan cuaca yang baik (Suddell dan Evans, 2005) Para produsen mobil di Jerman
berusaha untuk membuat komponen yang dapat di daur ulang atau ramah lingkungan.
(Hill, 1997 dalam Suddell dan
Evans, 2005).
Gambar
5. Bumper Mobil Dengan Penguat Serat Kenaf
Saat
ini para peneliti Daimler Chrysler sedang mengembangkan serat alam
sebagai penguat dalam komponen exterior mobil. Tantangan
terbesar dalam penelitian ini adalah komponen exterior harus memiliki
ketahanan terhadap kondisi ekstrim seperti terendam dan basah. Hasil dari
proyek pengembangan ini adalah cover mesin atau
transmisi mobil Travego (buatan Mercedez Benz) telah menggunakan biokomposit
yang diperkuat serat flax. Hal ini merupakan komponen exterior pertama yang
menggunakan serat alam sebagai penguat (Anonim, 2000 dalam Suddell dan Evans, 2005).
3.
Hasil Produksi
Serat Batang
Berdasarkan
penggunaanya tanaman penghasil serat alam dapat diklasifikasikanmenjadi 2 yaitu
tanaman primer dan tanaman sekunder. Tanaman primer adalah tanamanyang
dibudidayakan untuk diambil seratnya, sedangkan tanaman sekunder adalah tanaman
yang menghasilkan serat sebagai produk sampingan. Flax, rami, kenaf, jute
merupakan tanaman primer sedangkan nanas, kelapa sawit, coir termasuk tanaman sekunder
(Faruk dkk, 2012). Pada tahun 2001
jumlah produksi serat batang sudah mencapai 4.162.450 Mton (Tabel 3).
Tabel
3. Luas Lahan Dan Jumlah Produksi Berbagai Serat Batang Di Dunia
(Anonim, 2001 dalam Munder dkk, 2005)
Tanaman Penghasil
Serat Batang
|
Luas lahan seluruh
dunia (ha)
|
Produksi Serat
dunia (Mt)
|
Flax
|
614.626
|
464.650
|
Hemp
|
82.178
|
157.800
|
Jute
|
Na
|
2.900.000
|
Kenaf
|
Na
|
470.000
|
Rami
|
Na
|
170.000
|
4.
Komposisi Kimia dan Kandungan Air Serat Batang
Kondisi
iklim, umur dan pemrosesan menjadi serat mempengaruhi tidak hanya struktur
tetapi juga komposisi kimia yang dikandung. Serat batang kering komposisi kimia
didominasi cellulose, hemicellulose, lignin dan
zat-zat lain dengan kadar kecil (Tabel 4).
Tabel
4. Komposisi Kimia, Dan Kandungan Air Beberapa Jenis Serat Batang
(Mohanty dkk, 2000 dalam Bismarck dkk, 2005)
Jenis Serat
|
Cellulose
(wt%)
|
Hemicelluloses
(wt%)
|
Lignin
(%wt)
|
Pectin
(%wt)
|
Moisture
Content (%wt)
|
Waxes
(%wt)
|
Flax
|
71
|
18.6-20.6
|
2.2
|
2.3
|
8-12
|
1.7
|
Hemp
|
70-74
|
17.9-22.4
|
3.7-5.7
|
0.9
|
6.2-12
|
0.8
|
Jute
|
61-71.5
|
13.6-20.4
|
12-13
|
0.2
|
6.2-12
|
0.5
|
Kenaf
|
45-57
|
21.5
|
8-13
|
3-5
|
na
|
na
|
Rami
|
68.6-76.2
|
13.1-16.7
|
0.6-0.7
|
1.9
|
7.5-17
|
0.3
|
5.
Sifat Mekanis Serat Batang
Pada
umumnya serat batang memiliki sifat-sifat mekanis jauh lebih rendah daripada
serat sintetis (E-glass), akan tetapi ada fenomena menarik ketika
dibandingkan nilai modulus specificnya, maka serat batang
relatif sama bahkan lebih tinggi (serat rami) daripada serat sintetis (Tabel
3). Modulus
specific menunjukkan
nilai kekakuan per satuan density. Nilai ini sangat berguna ketika proses
perancangan suatu komponen mesin dengan kekakuan yang tinggi tetapi berat, dan
volumenya rendah. Menurut Kavelin (2005), komponen yang
terbuat dari serat alam lebih ringan 15 % dibandingkan dengan fiber
glass.
KESIMPULAN
Pesatnya
perkembangan komposit serat alam mengakibatkan tergesernya keberadaan bahan
sintetis yang biasa digunakan sebagai penguat komposit, seperti serat gelas,
karbon, kevlar, silikon karbida, aluminium oksida, dan boron. Sebagai contoh,
PT. Toyota di Jepang memanfaatkan serat kenaf sebagai penguat bahan komposit
untuk interior mobil, dan produsen mobil Daimler-Bens memanfaatkan komposit
serat abaca sebagai penguat bahan untuk pembuatan dashboard.
Pemanfaatan
serat alam di Kabupaten Magelang masih sebatas bahan pembuat tikar, lontrong
ataupun complong. Bahan baku berupa daun pandan banyak dihasilkan di kawasan
Pegunungan Menoreh, dekat Candi Borobudur, seperti Desa Sambeng, Bigaran, dan
Kenalan. Potensi yang masih sangat perlu untuk dikembangkan lebih lanjut,
dimana dengan menjadikan serat daun pandan sebagai bahan komposit untuk
interior mobil akan meningkatkan nilai fungsinya. Kelebihan komposit
dibandingkan dengan material lain yaitu rasio antara kekuatan dan densitasnya
cukup tinggi, proses pembuatan yang relatif mudah, dan tahan terhadap kondisi
lingkungan.
Dari
beberapa penelitian mengenai serat alam, pemanfaatan serat daun pandan sebagai
penguat komposit akan menghasilkan sifat mekanik yang baik dan mampu menjadi
bahan alternatif pengganti serat gelas. Sifat mekanik yang dihasilkan juga akan
mampu memenuhi kebutuhan interior mobil.
Komposit
polimer
yang
diperkuat serat batang memiliki potensi yang sangat tinggi sebagai material
alternative untuk memproduksi komponen struktural otomotif. Potensi tersebut
dapat dilihat dari jenis yang bervariasi, ketersediaan yang sangat melimpah,
dan kekuatan mekanis yang baik. Saat ini komposit polimer yang diperkuat
serat batang telah dipergunakan pada industri mobil di eropa sebagai bahan
untuk membuat komponen interior mobil dan telah mulai dikembangkan untuk
aplikasi exterior
mobil.
DAFTAR PUSTAKA
Mukhammad,Alaya.2013.Potensi Serat Batang (Bast Fibers) Sebagai
penguat Biokomposit Untuk Aplikasi
Otomotif. Laporan Penelitian Tidak Diterbitkan.Semarang:
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang.
Salahudin,Xander.2012.Kaji
Pengembangan Serat Daun Pandan di Kabupaten Magelang Sebagai Bahan Komposit Interior Mobil.Laporan Penelitian Tidak Diterbitkan.Magelang: Fakultas Teknik Universitas Tidar Magelang
Jamasri.2008.Prospek
Pengembangan Komposit Serat Alam di
Indonesia.Laporan Penelitian Tidak
Diterbitkan.Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Komentar
Posting Komentar